Judul       : Ookami Shojou to Kuro Ouji / The Wolf Girl & Black Prince Tahun      : 2016 Durasi      : 116 menit Pemain    : Kento Y...

[REVIEW] Live-action Ookami Shojou to Kuro Ouji / The Wolf Girl & Black Prince

07.29 Diva Beshia 0 Comments

Judul       : Ookami Shojou to Kuro Ouji / The Wolf Girl & Black Prince
Tahun      : 2016
Durasi      : 116 menit
Pemain    : Kento Yamazaki, Fumi Nikaido 

 

THE PLOT (8.5/10)


Tidak ada yang lebih menakutkan bagi Shinohara Erika (Fumi Nikaido) selain tidak memiliki teman di kelas. Padahal temannya ini; Marin & Tezuka kerjaannya dandan, ngomongin kegiatan mereka sama pacar-pacar mereka. Karena takut 'didepak' dari lingkaran pertemanan, Erika terpaksa berbohong pada ketiga temannya bahwa ia sudah punya pacar yang... sialnya, serba perfect. Seringkali, Ayumi, sahabatnya sejak kecil-lah yang berpura-pura menelpon Erika agar teman-temannya percaya dia punya pacar beneran *cringe*
Sayangnya, teman-teman Erika tidak semudah itu percaya. Jadilah, si Erika ini nekat ngambil foto cowok ganteng di jalan. 
foto jepretan Erika
Besoknya, Erika nunjukin foto si cowok ganteng ini ke temen-temennya, but.... TADA, ternyata cowok itu satu sekolah sama Erika. Namanya Sata Kyouya, cowok populer yang dijuluki 'pangeran/ouji'. Saking kalutnya, Erika terpaksa menjelaskan dilemanya ke Kyouya. 

Awalnya Erika berpikiran Sata Kyouya ini beneran kayak pangeran ideal yang serba sempurna. Udah ganteng, baik mau nolongin dia jadi pacar pura-puranya pula! Tapi sayangnya, Kyouya punya syarat. Erika harus jadi 'anjing peliharaannya' a.k.a disuruh-suruh beliin minum, ya kasarnya dijadiin kayak babu *lol*
hiks, yamaken kenapa rambutmu begini? 
What make things more complicated adalah Erika bener-bener jatuh hati sama Kyouya yang jahat itu. Jadi, gimana caranya Erika mengungkapkan isi perasaanya ke Kyouya dan naik level dari 'anjing peliharaan' jadi pacar? 

MY REVIEW?
Sebelum nonton live-action ini, aku udah khatamin animenya sejak lama, and I love it. Pas denger si Kento (yah lagi-lagi dia) yang bakal meranin Sata Kyoya, aku senang sekaligus cemas di saat yang sama. As usual, aku ga berekpektasi apa-apa setiap memulai nonton LA karena udah kenyang berakhir kecewa. Dimana-mana anime dan manga selalu jauh lebih bagus. Begitu juga saat nonton ini. 

I would give the plus and minus as well. 

1. Kento Yamazaki as the perfect tsundere Sata Kyouya
Udahlah, si Yamaken ini emang dari dulu selalu nailed the job when it comes to portraying tsundere. Dari jaman LDK, Heroine Shikkaku, sampe Suki na Hito ga Iru Koto itu 'jaminan emas' dah. Sepanjang film ini, kita bakal dibawa kesel mampus sama tingkah cuek dan jahatnya Kyouya, tapi kemudian dibuat 'aaaaah...' setelahnya. 
one of the 'aaaah' moment <3
Yang aku sayangkan hanya satu, kegantengan Yamaken menurun karena rambutnya itu *cry* tapi apa daya, namanya juga live-action mesti ngikutin manga dan animenya kan?

2. Not-so-shojou-manga-formula
Awal ceritanya captivates my heart. Si Erika ini cukup relateble in real life. Dia hanya gadis biasa yang punya pergolakan batin karena mesti bohong dan takut ga punya temen (padahal jomblo dari orok lol) dan gimana caranya membuat si Kyouya yang jutek parah itu menganggap serius pengakuan cintanya. Well, at least main plot film ini cukup menarik. 

3. The ending
Konsistensi doki-doki untuk kokoro-ku pas nonton film ini hanyalah 10 menit pertama film, dan sayangnya scene terakhirnya. The ending itu sweet-nya kelewatan, serius. Udah kesel setengah mampus sama tingkahnya Kyouya, tapi semua luluh tak berbekas karena kemanisannya di akhir film.

4. No crappy kiss scene
Kirain kiss scene film ini bakal crappy abis, you know.. tipikal kiss scene yang diem beberapa detik kayak batu, disorot dari deket sampe jauh. Untungnya *atau sayangnya hiks* tidak. 

Kekurangannya?

1. Fumi Nikaido's acting & the chemistry
Sejujurnya, akting Fumi Nikaido itu sucks. I'm not gonna lie. Penyelamat aku masih betah nonton film ini sampai akhir hanyalah Yamaken (udah cinta buta huehehe). Chemistry mereka berdua terlalu plain. I'm not saying it's bad, but.. it's not good either. Jadi, adegan yang seharusnya bisa bikin doki-doki malah terkesan bitter banget. Huu, kesel. Fumi Nikaido doesn't match Yamaken, for sure.

2. Not-so-important-scene
Yang paling aku inget justru adegan saat Erika jengukin Kyouya yang sakit di rumah. Terus adegan si Erika jalan kaki sambil bersenandung itu... APA?! APA?! *emosi* faedahnya apaan sih? Aku ga ngerti. Menurutku malah itu harusnya masuk deleted scene karena ga penting. 

3. The camera angle
Sedih banget bilang begini, karena biasanya aku selalu suka cinematography film Jepang *hiks* tapi film ini malah kadang bikin pusing. Zoom in, zoom out dadakan. Udah gitu, adegan yang seharusnya kerasa 'feel'-nya malah dibatasi oleh kamera yang menyorot dari jarak jauh. 

Jadi ya, bisa dibilang film ini 5/10 buat aku. Cerita yang seharusnya bisa di build up bikin kokoro doki-doki malah jadi mentah abis karena tidak didukung dengan akting ceweknya yang plain parah. Soundtrack-nya aku lumayan suka sih, bukan tipe suara melengking ala cewek Jepang gitu kok. Cast-nya juga cukup oke sih.

After all, apakah film ini bagus? Biasa aja. Yang jelas tidak masuk kategori live-action yang berhasil. But if you still want to watch this for Yamaken, then go ahead. Bukan dosa rasanya, memanjakan mata dengan ikemen sekalipun film-nya biasa aja. At least, dapet jatah vitamin A. 

0 comments: