Dulu pas awal-awal tayang di bioskop, everybody go crazy and ranting this movie a lot. Aku baru kesampean nonton film ini pas weekend, and ...

[REVIEW] Film Coco (2017)

05.47 Diva Beshia 0 Comments

Dulu pas awal-awal tayang di bioskop, everybody go crazy and ranting this movie a lot. Aku baru kesampean nonton film ini pas weekend, and I would like to give some thoughts about whether the movie is worth the hype. 


Judul         : Coco
Durasi        : 1 jam 45 menit
Sutradara   : Lee Unkrich

THE PLOT (9/10)
Adegan pembuka film ini menceritakan tentang silsilah keluarga Rivera yang berprofesi sebagai pengrajin sepatu secara turun-temurun dari Mama Imelda, sesepuh keluarga yang ditinggalkan oleh suaminya yang mengejar mimpi demi menjadi pemusik. Karena harus menanggung biaya hidup putrinya, Coco, Mama Imelda melakukan segala cara untuk mendapatkan uang dan berakhir sebagai pioner pengrajin sepatu. Semenjak ditinggal pergi suaminya yang lebih memilih musik ketimbang keluarga kecil mereka, Mama Imelda selalu melarang keluarganya bermusik.
Foto suaminya sampe dirobek karena bagi keluarga Rivera, suami Imelda bukan lagi bagian dari keluarga.
Namun Miguel, cucu buyut Coco, diam-diam punya impian menjadi pemusik. Ia tidak ingin menjadi pengrajin sepatu. Suatu hari, Miguel ingin mengikuti audisi musik namun ketahuan oleh keluarganya yang anti-musik, dan gitarnya dirusak. Karena tidak ada dukungan dari keluarganya, Miguel nekat mencuri gitar dari kakek buyut sekaligus pemusik favoritnya yang sudah meninggal, Ernasto de La Cruz. 
Setelah mencuri gitar itu, Miguel mendadak masuk ke dalam dunia arwah dan mendapati suatu kejutan tentang rahasia keluarganya. Dapatkah Miguel kembali ke dunia dan mewujudkan mimpinya menjadi musisi?

MY REVIEW? [may contain spoiler]

This movie is awesome. 
Pixar’s attention to detail never wavers. Harapanku setiap menonton film animasi adalah keindahan adegan, warna-warna yang spektakuler (including lights, fireworks, and stuff, anything sparkle) dan Coco menyajikan itu semua dengan baik. Musik di film ini juga asik-asik, karena kebanyakan musiknya khas Mexico banget. Good job to Pixar!
(1)
(2)
(3)
Awalnya, aku kira Coco is going to be 'oh-another-family-movie-from-Pixar' walaupun aku baca animasi ini dapat banyak penghargaan. Di 45 menit durasinya, barulah kerasa 'ngena' di aku kenapa film ini pantas mendapatkan begitu banyak penghargaan. Ceritanya kental akan kehidupan orang-orang Mexico biasanya punya keluarga besar dengan segudang paman, om, nenek, buyut dsbnya (ternyata mirip sama Indonesia ya? HAHA), berkerabat dekat, doyan musik, dan percaya tahayul/tradisi. 

Di film Coco, tradisi Days of The Dead (Die de muertos) adalah hari dimana keluarga akan berkumpul untuk memberikan sesembahan berupa makanan favorit, memanjang foto leluhur yang sudah meninggal, dan berdoa agar arwah mereka dapat menyebrangi kehidupan selanjutnya. Sejujurnya, aku suka sekali film animasi yang mengangkat cerita tradisi dari satu suku bangsa dll (seperti Moana contohnya). Selain jadi tau keunikan suatu bangsa, akan selalu ada moral value yang bisa diambil.
I love how they put Frida Kahlo in Coco movie! That was hilarious!
Ceritanya juga jaw dropping. Aku nggak menyangka bahwa kakek buyut Miguel yang sebenarnya bukanlah Ernesto, si penyanyi terkenal itu, melainkan Hector, cowok berpenampilan gelandangan yang nggak bisa menyebrang lantaran keluarganya nggak menaruh fotonya di hari peringatan kematian. Ternyata selama ini Ernesto yang mencuri semua musik Hector dan membunuhnya dengan racun saat Hector ingin berhenti dari dunia musik dan lebih memilih keluarganya.

Bagian mengharukan dari Coco adalah saat Miguel bernyanyi untuk nenek buyutnya, Coco, agar Coco tidak melupakan Hector dan mereka bisa bertemu lagi di dunia arwah. It stir up my feelings. Tentu sulit dijelaskan dengan kata-kata kalo nggak menontonnya sendiri hehe.
My heart wavers when I hear them sing together <3
Film Coco secara garis besar adalah menanamkan bahwa 'family should come first' karena keluarga akan selalu ada untuk kita dalam keadaan apapun. And I think, the message delivered pretty well untuk semua yang menonton. Selain itu, perjuangan Miguel yang berumur 12 tahun demi menggapai cita-citanya juga tidak bisa dianggap remeh. I love how stubborn he is!

Saat pilihan yang bijak harus diambil antara memilih untuk mengerjar impian atau menuruti keluarga tentu merupakan daya tarik dari film ini, apalagi yang bercita-cita sebagai pemusik.

Endingnya sangat menyentuh dan kemungkinan besar bisa membuat penonton menitikkan air mata. This movie reminds me of my grandparents instantly. Neneknya si Miguel khas nenek Indonesia banget deh yang masih menjaga tardisi, doyan ngomel, tapi aslinya sayang sekali sama cucunya! Kadang sebagai cucu, kita udah jarang berkomunikasi sama mereka entah karena alasan gap umur yang cukup jauh, nggak tau topik apa yang harus dibahas, atau kurang mendengarkan nasehat mereka karena kayaknya 'nggak penting-penting amat'.

Di saat dewasa, baru deh ntar sadar bahwa nasehat mereka selama ini banyak yang bener. Rasanya langsung kangen sama mereka hehe. Setelah menonton fim ini, aku langsung bertekad kalo suatu saat punya anak, anak-anakku harus akrab dengan keluarga besar juga! It also bring up the longing feeling to meet your big family and how fun it was. Such a heart-warming movie, indeed.

(1)
(2)
(3)
(4)
Anw, apakah waktu 1 jam 45 menit layak dihabiskan untuk menonton film ini? Definitely. 

0 comments: